Minggu, 10 April 2022

[Review] Serunya Skinkeran Pakai One Brand Series dari Scarlett

Berada di usia kepala tiga, saya mengalami insekyur, perasaan kurang nyaman pada diri sendiri, perasaan tidak nyaman di tengah-tengah lingkungan. Salah satu penyebabnya adalah soal wajah.

Soren Kierkegaard, seorang filsuf asal Denmark mengatakan kurang lebih demikian, "Life can only be understood backwards; but it must be lived forwards." Hidup hanya dapat dipahami (maknanya) belakangan, tapi harus dihidupi di masa yang akan datang. Dan saya menganggukkan kepala atas ucapan Pak Kierkegaard.

Makna hidup macam apa yang saya pahami belakangan? Ya, apa lagi kalo bukan soal memperhatikan bagian tubuh saya. Saya termasuk orang yang telat memperhatikan perawatan wajah. Bisa jadi, hal ini disebabkan lantaran kemarin-kemarin saya cuek. Padahal, ibu saya sudah mengingatkan lho! Padahal (lagi), teman-teman sudah ngasih kode alus. Padahal (lagi-lagi) di luar sana, buanyak iklan perawatan kecantikan berseliweran dan produk-produk kecantikan, bahkan aneka rupa resep tradisional untuk perawatan wajah. Namun, saya tetep cuek!


Saya diperlihatkan akan ini lho keuntungan kamu kalau telaten merawat wajah. Sayangnya reminder itu dianggap angin lalu. Dilewatkan begitu saja. Pakai hand body lotion kalau ingat. Pakai sun screen kalau disemangatin iklan. Seperti itulah kehidupan perawatan tubuh saya.

Hingga pada suatu ketika, saya bercermin dan mendapati kulit tampak kusam, terdapat bintik-bintik hitam, sisa bekas jerawat. Dan yang membuat saya terusik, ternyata saya telah memasuki usia kepala tiga! Time flies sooo sooo fast! Alhasil, saya mengalami insecure. Saya pengin kulit wajah saya nggak kusam, kerut halus memudar, dan bintik-bintik hitam hilang!

Obrolan dengan seorang teman sekolah, sebut saja namanya Dita, bisa jadi semacam trigger. Di suatu malam, kami terlibat deep talk soal per-skinker-an. Saya banyak bertanya soal skin care kepadanya. Nggak cuma ngobrol dengan Dita, saya juga banyak bertanya dengan Wanda, teman masa SMA yang kini jadi seorang beauty enthusiast. Hasilnya? Okay, memang sudah saatnya pakai skin care. Better late than never.

Agaknya perjalanan saya bakalan panjang. Langkah berikut setelah tertarik adalah mulai lirik sana lirik sini. Saya mulai mencari tahu lebih detil produk perawatan kulit wajah mulai dari yang buatan lokal sampai yang bikinan luar negeri, mulai dari racikan dokter hingga buatan pabrik yang dijual bebas di supermarket, mulai dari yang harganya terjangkau hingga yang kudu merogoh kocek dalam-dalam, mulai dari yang one brand series hingga mix and match. Proses lirik sana lirik sini dibarengi dengan pengenalan produk, karena bagaimanapun pemakaian skin care itu cocok-cocokan dengan karakteristik kulit.


Lantaran masih terhitung baru di dunia per-skin care-an, kupikir one brand series dari Scarlett nggak ada salahnya dicoba. Keuntungan memakai one brand series skin care adalah 1) pemakaian praktis, 2) kulit tidak kaget karena percampuran beragam bahan aktif skin care, 3) tidak repot memadukan bahan aktif yang satu dengan yang lain, 4) tidak deg-degan menunggu reaksi pertemuan aneka skin care di wajah, dan 5) mengurangi risiko skin care tidak cocok dengan kulit wajah (breakout), 6) cocok untuk pemula yang baru belajar pakai skin care.


Scarlett memiliki satu set produk Face Care tergantung tujuan yang pengin dicapai. Jika PR-nya pengin menyembuhkan jerawat, jatuhkan pilihan pada Acne Series. Lain halnya kalau pengin mencerahkan kulit, memudarkan bekas jerawat, menyamarkan pori-pori dan kerut halus di wajah, serta mengencangkan kulit wajah, disarankan untuk memilih Brightly Series.

Set Brightly Series
Foto: Dokumen Pribadi


Facial Wash
Foto: Dokumen Pribadi


Toner
Foto: Dokumen Pribadi


Day Cream
Foto: Dokumen Pribadi



Acne Series terdiri atas produk Acne Serum, Acne Day Cream, dan Acne Night Cream. Brightly Series terdiri atas produk Brightly Facial Wash, Brightly Essence Toner, Brightly Ever After Serum, Glowtening Serum, Brightly Ever After Day Cream, Brightly Ever After Night Cream. Gampangnya, untuk mengenali Acne Series, tinggal cari kemasan berwarna ungu, sedangkan kemasan Brightly Series berwarna pink.

Saya memilih menggunakan Brightly Series sesuai permasalahan kulit yang dialami, usia, dan tentu saja goals yang ingin dicapai. Brightly Series sudah mengandung
Niacinamide, Hexapeptide-8, Glutathione, Rainbow Algae, Aqua Peptide Glow, Rosehip Oil, Poreaway, Triceramide, Natural Vitamin C, dan Green Cavia yang berfungsi untuk meningkatkan kelembaban dan elastisitas kulit; membantu mencerahkan kulit dan memudarkan bekas bekas jerawat; menyamarkan pori-pori, garis halus; serta mengencangkan kulit wajah.
 
Glowtening Serum
Foto: Dokumen Pribadi

Brightly Ever After Serum
Foto: Dokumen Pribadi


Night Cream
Foto: Dokumen Pribadi

Rangkaian Brightly Series tidak hanya teruji bebas Merkuri & Hydroquinon dan Registered by BPOM tapi juga mudah digunakan. Pengalaman memakai Brightly Series diawali dengan deg-degan. Maklum aja, belum pernah pakai produk skin care sekomplet ini. Belum lagi ada rasa khawatir apakah Brightly Series cocok sama kulit wajah.

Ternyata, sejauh ini kulit wajah saya bisa berakrab ria dengan Brightly Series dari Scarlett. Produk Brightly Series terasa ringan di wajah dan cepat meresap. Dengan pemakaian teratur, saya berharap bisa mencapai hasil yang diinginkan. Mari pahami makna hidupmu dimulai dari memperhatikan kesehatan kulit wajahmu. []


Selasa, 05 April 2022

[Review] Hilang Belang dengan Scarlett Bodycare Series

[Review] Hilang Belang dengan Scarlett Bodycare Series-Kira-kira, semingguan sebelum liburan Natal yang lalu, kantor saya mengadakan family gathering. Konsep family gathering-nya simpel dan santai aja. Yang penting bisa membangun keakraban antarkaryawan. Panitia kecil sudah menyiapkan beberapa kegiatan keakraban berupa aneka permainan. Permainannya kebanyakan outdoor! Dan kebetulan, cuacanya kok amat sangat mendukung. Matahari terik bersinar di saat kami nge-games

 

Berjalan di atas titian bambu, memindahkan bola berpasangan, dan futsal berdaster adalah permainan-permainan luar ruangan itu. Memang, sih, jadi leluasa bergerak ke sana ke mari. Namun, usai family gathering, saya mendapati kulit tangan saya belang! Keliatan banget apalagi di bagian pergelangan tangan yang biasa tertutup jam tangan.

Permainan Diadakan di Lapangan Seluas Ini! Gimana Nggak Belang Coba?
Foto: Dokumentasi Pribadi



Ah, saya merasa bersalah banget sama kulit, karena nggak pakai pelindung lengan dan lupa mengoleskan body lotion. Pelajaran berharga banget buat saya. Repot dikit tidak apa-apalah ketimbang kulit belang begini.

Demi mengembalikan warna kulit ke tone aslinya, jelas saya harus melakukan perawatan. Tidak bisa ditawar. Perawatan pun tidak hanya untuk mengembalikan warna kulit ke warna aslinya, tetapi juga untuk beberapa intensi yang nggak kalah penting, seperti memberi perlindungan pada kulit yang lama terpapar cahaya matahari, memberi nutrisi pada kulit, dan mempertahankan kelembaban kulit.



Dan Ketika Jam Tangan Dibuka, Tampaklah Kulit Belang
Foto: Dokumentasi Pribadi

Adalah Scarlett Body Care yang jadi pilihan saya. Scarlett Body Care terdiri atas sabun mandi, body scrub, dan body lotion lengkap untuk perawatan kulit harian. Rangkaian perawatan satu merek menjadi pilihan tepat, karena kandungan bahannya yang seragam sehingga kulit saya tidak bingung menerima aneka bahan dari produk-prouduk yang berasal dari merek yang berbeda. 

 

Scarlett Body Care pilihan saya Scarlett Body Scrub varian Coffee (250 ml), Brightening Shower Scrub varian Coffee (300 ml), Fragrance Brightening Body Lotion varian Jolly (300 ml). Biar nggak bosen dengan varian tertentu dan menyesuaikan dengan mood, saya juga memilih varian lainnya seperti Brightening Shower Scrub varian Charming, Brightening Shower Scrub varian Jolly, dan Brightening Shower Scrub varian Freshy secara bergantian. Wanginya yang berbeda membawa saya pada pengalaman mandi yang menyenangkan.

 

Scarlett Body Care gampang banget pakainya. Untuk body scrub: oleskan body scrub secukupnya ke bagian yang ingin discrubbing, diamkan sekitar 3-5 menit atau ketika scrub sudah terlihat setengah kering, lalu gosok perlahan sehingga sel-sel kulit mati terangkat.  Bilas dengan menggunakan shower scrub, sehingga lebih maksimal dalam membersihkan kulit tubuh. Body scrub dapat dipakai 1-2 kali dalam seminggu sedangkan shower scrub digunakan ketika mandi setiap hari. Setelah menggunakan body scrub dan shower scrub, oles body lotion ke seluruh tubuh. Gampang, kan?

 

Demi Mengembalikan Warna Kulit & Menjaga Kesehatan Kulit Tentunya.
Foto: Dokumentasi Pribadi



 

Kombinasi Rasa Kopi. Cocok Jadi Mood Booster!



Hampir Habis Soalnya Dipake Tiap Hari.
Suka Sama Aromanya.
Foto: Dokumentasi Pribadi

Scarlett Body Care dibuat dari bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tubuh. Body Scrub memiliki kandungan Glutathione dan Vitamin E, Brightening Shower Scrub mengandung Perpaduan Glutathione + Vitamin E + Beads, sedangkan Fragrance Brightening Body Lotion mengandung Glutathione + Vitamin E + Kojic Acid + Niacinamide. Pantesan aja body lotion Scarlett memiliki wangi yang tahan lama.

 

Aku suka kemasan Scarlett Body Care karena aman, fungsional, dan praktis dibawa ke mana-mana. Produknya mudah dibawa ke mana-mana. Bentuk kemasan yang didesain rapat aman dibawa ke mana-mana tanpa khawatir tumpah di tas atau wadah toiletries. Kemasan body lotion model pompa juga untuk menghindari body lotion ketuang ke telapak tangan secara berlebihan. 

 

Segede Ini Dibawa ke Mana-mana... Tenang Aja, Kemasannya Aman, kok!
Foto: Dokumentasi Pribadi

Apalagi yang Versi Mini Ini. Praktis Dibawa Bepergian. Nggak Perlu Mindah ke Botol Lain.
Foto: Dokumentasi Pribadi

Hasilnya gimana, nih? Belang di pergelangan tangan mulai memudar dan pelan-pelan balik lagi ke warna kulit aslinya. Memang nggak bisa instan sih. Kudu telaten dan sabar.[]


Jumat, 13 Agustus 2021

Tumbuh Menjadi Manusia Tangguh di Masa Pandemi


Rabu, 28 Juli 2021. Jam menunjukkan pukul 01.07. Terdengar raungan sirine ambulans memenuhi ruang udara dini hari yang sepi. Pikiran curiga menyeruak, “Jangan-jangan pasien Covid-19 lagi….” Saya menghela napas. Lelah mendengar suara sirine ambulans, yang hampir setiap hari lalu lalang di jalanan Kota Yogyakarta. Bahkan, lepas tengah malam pun suaranya masih ada.

Apakah saya terbangun gara-gara mendengar raungan sirine ambulans? Saya malahan belum tidur. Padahal, mata saya sudah meredup. Ngantuk dan lelah raga. Namun, pikiran saya masih terbang ke mana-mana. Ingin rasanya bisa tidur nyenyak supaya bangun pagi dengan kondisi bugar dan penuh semangat, tanpa Covid-19 merajalela.


Kenyataannya, jiwa dan raga masih saja melihat foto-foto bertema Covid-19 tersebar vulgar di mana-mana sebagai ilustrasi berita: lorong rumah sakit yang penuh, pasien yang antre di muka IGD, lahan pekuburan yang masih menganga dengan peti mati yang tertutup sempurna, jasad terbungkus kantong kedap udara, barisan mobil jenazah yang menunggu giliran memakamkan atau foto close up manusia mengenakan alat bantu napas.


Belum lagi ruang publik dipenuhi keluhan manusia soal perburuan vaksinasi, kabar mengenai PPKM yang terus diperpanjang serta data kasus covid yang meninggi dari hari ke hari. Aneka informasi soal terapi isolasi mandiri juga melengkapi berita-berita kurang enak dibaca, seperti kabar terjadinya krisis oksigen di masyarakat. Seakan belum cukup, nyaris tiap hari, kuping kita juga dijejali kabar duka dari pelantang masjid, status Whatsapp dan media sosial orang yang kita kenal. Benar-benar membuat susah tidur.

Mental Breakdown

Disadari atau tidak, segala rupa dan warta mengenai Covid-19 sama ganas dengan virusnya sendiri. Alih-alih membukakan mata, budi, dan hati terhadap ancaman Covid-19, berbagai foto dan info itu layaknya virus yang khusus menggerogoti pikiran dan mental, sebelum Covid-19 itu sendiri menyerang sistem pertahanan tubuh masyarakat. Kesehatan mental semakin terganggu karena masifnya paparan informasi dengan validitas yang kabur akibat tercampur aduknya fakta dengan hoaks.

Bisa jadi bukan hanya saya yang mengalami susah tidur karena pikiran dibanjiri segala sesuatu mengenai Covid-19. Nyatanya, Kompas (11/7/2021) merilis hasil riset daring Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang menunjukkan turunnya daya tahan psikis masyarakat setelah dihantam “peristiwa emosional yang signifikan” (hlm. 1). Penurunan daya tahan psikis itu dialami sebagian besar dari 5.817 responden riset yang dilakukan 26 Mei-2 Juni 2021 itu.


Kesulitan hidup akibat Covid-19, tak pelak lagi, menjadi salah satu pendorong peristiwa emosional yang signifikan. Pandemi Covid-19 sungguh-sungguh berdampak terhadap kesehatan mental masyarakat. WHO (2020) menggunakan istilah ‘kelelahan pandemik’ (pandemic fatigue) untuk menggambarkan hilangnya motivasi orang untuk melakukan sesuatu yang dapat melindunginya. Tanda-tanda kelelahan pandemik ini antara lain, tidak lagi peduli pada himbauan untuk mencuci tangan dan mengenakan masker atau menurunnya usaha untuk mencari informasi soal Covid-19.

Kelelahan pandemik bisa mengiringi terjadinya ‘gangguan mental’ (mental breakdown) pada masa pandemi Covid-19. Mengutip Ho et al. (2020), Roy et al. (2020) mengatakan bahwa gangguan mental dipicu oleh rasa takut jatuh sakit atau hampir mati. Kalau sudah sampai mengalami gangguan mental, orang-orang bukan hanya sulit tidur; mereka bahkan bisa melakukan diskriminasi terhadap siapapun yang dianggap menularkan Covid-19.


Sekarang, bayangkan betapa Covid-19 bisa mengancam persatuan Indonesia! Covid-19 dapat memunculkan rasa khawatir, depresi, malu, takut, frustrasi, bosan, cemas, panik, mass hysteria, stres, sedih yang mampu menjadikan masyarakat mengalami gangguan mental. Jika gangguan mental itu menguasai masyarakat sampai ke tahap diskriminasi, sangat mudahlah Indonesia dipecah-belah.

Pilah Pilih Tekanan

Kesehatan mental seseorang tergantung dari caranya melihat dan menanggapi suatu hal. Manusia memiliki caranya masing-masing dalam merespons peristiwa. Pun, setiap manusia memiliki batasan yang berbeda dalam menerima tantangan dunia luar, terlebih yang datang secara tiba-tiba dan bertubi-tubi. Benar, pada akhirnya, masing-masing juga-lah yang memegang kendali  atas segala sesuatu yang hendak masuk ke dalam diri.

Manusiawi jika kita ingin merdeka dari pandemi. Hampir dua tahun bergelut dengan pandemi, tubuh saya telah merespons banyak hal. Selain saya, tersebutlah orang-orang yang berada di lingkaran persaudaraan hingga pertemanan. Karena melihat masing-masing dari merekalah saya mampu menuliskan kalimat pada paragraf sebelumnya.


Bagi saya, tindakan mereka untuk merespons krisis seperti hiatus, mengurangi aktivitas di media sosial, memasang tulisan “stop menyebarkan info Covid-19” sebagai foto profil di WhatsApp, mematikan akun media sosial, secara sengaja mute postingan Covid-19 di media sosial tertentu, sama sekali tidak salah. Bahkan ketika ada yang bertahan tidak membagikan informasi donor konvalesen sekalipun, hal itu tidak akan mematikan kemanusiaan mereka. Manusia berhak memilah dan memilih segala sesuatu yang berpotensi jadi sumber tekanan mentalnya.


Sayangnya, saya tidak bisa mengikuti jejak orang-orang untuk hibernasi dari media sosial, karena masih membutuhkan media sosial sebagai sarana mengais rezeki dan mendulang ilmu. Yang bisa saya lakukan adalah praktik resiliensi ala saya: mendayagunakan kemampuan memilah konten, belajar beradaptasi, dan berusaha menerima hal-hal yang berada di luar kendali.

Tumbuh sebagai Manusia Tangguh

Lepas dari hibernasi media sosial yang sebagian orang lakukan, saya jadi bertanya-tanya: apakah membagikan info soal Covid-19 itu memperkuat bangsa ini? Apakah memang membuat bangsa ini menjadi lebih tangguh? Atau, justru sebenarnya info yang berseliweran itu melemahkan masyarakat, membuat imun bangsa ini turun? Lalu, apa yang dapat membuat bangsa ini lebih kuat? Apa yang membuat setiap elemen bangsa ini bisa bangkit lagi?

Menurut saya, membanjiri masyarakat dengan berbagai info soal Covid-19 bukanlah tindakan bijak. Suara sirine ambulans saja saat ini sudah membuat orang-orang cemas, padahal belum tentu isinya adalah pasien Covid-19. Begitu juga ketika ada berita duka, baik yang melalui corong masjid maupun media sosial, orang-orang langsung menduga-duga penyebab meninggalnya.


Mental masyarakat akan semakin terpuruk bila dijejali dengan info simpang siur soal vaksinasi, dan kebijakan PPKM, serta peningkatan jumlah pasien positif Covid-19. Sementara itu, mereka masih bergulat dengan kesulitan ekonomi, yang tidak kalah menyesakkan. Langkah-langkah praktis, menurut saya, harus dilakukan dengan lebih memperhatikan mental masyarakat. Alasannya adalah, dengan sedikit memodifikasi slogan yang sudah populer, mens sana corpus sanum parat (pikiran/mental yang sehat mempersiapkan tubuh yang sehat).


Praktik-praktik perlindungan diri yang sudah saya ceritakan sebelumnya merupakan langkah awal yang bersifat personal. Akan tetapi, membentuk masyarakat tangguh bukan hanya tugas pribadi. Perkara kesehatan mental harus ditanggapi lebih lanjut, secara serius, dan ditangani bersama untuk membentuk ketahanan masyarakat. Usaha untuk hanya menyebarkan info dan kebijakan yang jelas dan terukur dapat membantu pembentukan masyarakat yang tangguh. Syukur-syukur bila infonya menggembirakan dan menguatkan harapan, seperti berita kemenangan atlet Indonesia di Olimpiade Tokyo yang baru saja berlalu.

Harapan saya sesungguhnya sederhana, kok, yakni bisa bangun pagi dengan jiwa raga yang sehat, bertemu dengan para anggota keluarga, ngobrol santai dengan teman-teman sambil menyeruput kopi dan menggigit donat, keluar rumah dengan leluasa, dan berkarya seturut angin menggandeng tangan saya. Seandainya semua itu belum bisa saya dapatkan di dalam dunia bebas Covid-19, setidaknya saya bisa merasakan energi itu di dalam masyarakat Indonesia yang tangguh, yang bahu membahu ingin bangkit dari keterpurukan.[]


“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Pembuatan Konten Media Sosial dalam rangka Memperingati HUT RI ke-76 dengan tema Merdeka dari Pandemi: Bersatu dalam Keberagaman untuk Indonesia Bangkit yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY”.