Jumat, 25 April 2014

Jikalau Pelangi Tak Indah Lagi

Nak, jikalau pelangi tak indah lagi; berganti hitam, putih, bahkan kelabu, 
apa yang akan terjadi padamu? 
Pun, apa yang akan kaulakukan?

Nak, bila muram adalah diam, dan diam berarti sunyi. 
Akankah wajahmu tak lagi warna dan warni?

Nak, melihat tawamu, polah lincah tingkahmu, pikiran tak berbeban, 
aku kembali teringat akan diriku yang dulu.

Nikmati masa kecilmu. Bermainlah, tertawalah riang, berbahagialah. Semua tak ‘kan terulang sekalipun kau memiliki kehidupan serbabahagia. Seperti diriku kini, kadang aku ingin menghadirkan masa kecilku dalam dewasaku. Aku ingin bermain, tertawa terbahak-bahak, berkelahi kemudian berbaikan kembali. Tak memikirkan betapa rumitnya hidup ini. 

Nak, kau masih punya waktu. Tak banyak, memang, karena waktu tak suka mengajakmu berjalan pelan. Manfaatkan sebaik mungkin hingga kau terlepas menjadi sosok remaja dan dewasa. Sekali kau kehilangan masa kecilmu, itu tak kan terulang lagi. 

Jangan sampai di masa dewasamu, masa tuamu, engkau seperti diriku. Menyesal tidak akan membuat waktu berbaik hati mengembalikan yang terlewat. Yang bisa kulakukan kini adalah melakukan yang terbaik sebisaku, dengan sisa-sisa kesempatan yang dimiliki agar tiada pernah berucap kata menyesal hingga nanti menutup mata untuk selama-lamanya.

Selesai ditulis di Yogyakarta, Jumat Agung, 18 April 2014


0 comments:

Posting Komentar