Jumat, 12 September 2014

Jamuku Lestari Jamu Kita Membumi

Mari Mengenal Jamu

Manusia kian aware bahwa radikal bebas, produk berbahan kimia, serta tebaran makanan dan minuman yang minim gizi menorehkan dampak serius terhadap tubuh. Ancaman penyakit kanker, jantung, paru-paru, diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol, maupun obesitas serta penuaan dini tampaknya menyadarkan manusia bahwa ada yang salah di dalam diri. Menu makanan seimbang jadi konsumsi sehari-hari, olahraga secara rutin (zumba, yoga, jogging, fitness) dilakukan, detoks, berhenti merokok, menurunkan kebiasaan begadang, serta menjauhi alkohol, soft drink, gorengan, dan makanan instan (junk food). Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) pun menjadi anutan.

Yang terjadi kemudian adalah segala sesuatu yang bersifat alami lahir demi mengakomodasi pelaku gaya hidup sehat alami. Untuk makanan dan minuman, kini dikenal produk-produk berlabel organik: sayuran organik, buah-buahan organik, termasuk makanan-minuman olahan siap santap seperti raw food, salad atau juice berbahan dasar sayur dan atau buah organik; bumbu-bumbu pelezat masakan pun diusahakan alami, di antaranya daun salam, serai, jahe, daun jeruk, lengkuas, kunyit. Di bidang kosmetik dan kecantikan, hadir losion berbahan ekstrak rumput laut yang mengandung antioksidan, kondisioner dari kelapa, sabun batang dari mentimun, scrub buah zaitun, scrub wortel, scrub kopi, masker rambut dari madu, masker wajah dari bulir beras, masker pisang, masker bunga mawar, masker avokad-wortel, sampo dari bayam, lulur kuning berkomposisi pandan wangi, sari tepung beras, kunyit, dan temu giring, serta boreh yang terbuat dari campuran rerempahan: serai, cendana, jahe, kayu manis, cengkih, pala, lengkuas, beras hitam, dan minyak kelapa.
Memasak Menggunakan Bumbu Dapur yang Alami. Sehat dan Tetap Lezat.
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Sesungguhnya, jauh sebelum healthy living berkumandang, tersebutlah jamu yang telah bergerak menjaga kesehatan manusia. Sebagai warisan nenek moyang, khasiat jamu telah terbukti berdasar pengalaman turun temurun. Namun, dengan segala prestasinya, jamu tetap kalem dan tidak terjebak huru-hara tren gaya hidup apa pun. Jamu tetap tampil bersahaja, sederhana, tidak menempatkan diri pada strata sosial tertentu, dan setia dengan khasiatnya. Oleh sebab itu, jamu tetap hidup bahkan memiliki penggemar setia.

Menyinggung soal jamu yang bersejati menjaga tradisi, apa, sih, yang kita ketahui soal jamu? Minuman pahit? Minuman tradisional? Ramuan alami? Atau? Ah, ada baiknya kita runut terlebih dahulu pengertian jamu.

Ditinjau dari berbagai sumber, saya sajikan tiga pengertian jamu. Pertama, pengertian jamu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:456) adalah obat yang dibuat dari akar-akaran, daun-daunan, dsb. Kedua, yang dimaksud dengan jamu menurut Bausastra Jawa-Indonesia (1995:177) adalah jamu, obat. Sedangkan pengertian jamu secara rinci yakni

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Yuliarti, 2008:4).
Dari ketiga pengertian tersebut, pada intinya, yang disebut dengan jamu adalah sesuatu yang berasal dari berbagai macam bahan alami dan berfungsi sebagai obat.

Kuatnya pengaruh jamu di dalam kehidupan sosial dan kesehatan masyarakat menjadikan jamu telah menusantara, menjadi bagian dari ke-bhineka tunggal ika-an kita. Jamu telah menjadi unsur kebudayaan Nusantara dan dikenal di berbagai daerah seperti Aceh, Batak, Jawa, Sunda, Kalimantan, maupun Maluku. Jaya Suprana (2013) menyebutkan, ada Jamu Aceh, Jamu Padang, Jamu Palembang, Jamu Sunda, Jamu Jawa, Jamu Madura, Jamu Bali, hingga Jamu Papua. Tidak heran bila terdapat berbagai penyebutan nama-nama bahan dasar jamu dalam berbagai bahasa, seperti insulin = randa semaya, manggis = manggi = manggih, kunyit = kunir = kuning = koneng, lempuyang = lempoyang, sirih = sireh = siriah, mengkudu = cangkudu = pace, kapol = kapulogo = kapulaga, kencur = cikur = cekur, jahe = jahik = jahya = halia = bahing = jahi = sipadeh/sipodeh = jae = jhai = pese = lali, belimbing wuluh = belimbing asam = belimbing botol = belimbing buloh = belimbing buluh = belimbing telunjuk = beliwit, bangle = banglai = bengle = mungle = bungle = kunik bolai = panglai = pandhiyang = bale = panini = unin makei, lengkuas = langkueh = lengkues = lengkueh = lingkuas = engkuas = ringkuas = lingkoas = lincuas = langkuasa = hingkuase, temu kunci = tamu kunci = kunci = temo kunce = koncih = tamu konci = dumu kunci = tumbu konci = tamputi.

Ada baiknya kita mengenali agar tidak terdengar asing di telinga. Bukan begitu?

Tradisi nJamu

Nature is My Medicine.”  ~ Sara Moss-Wolfe
Jejak tertulis jamu pada masa lampau tercatat di dalam manuskrip koleksi Pura Pakualaman dan Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna. Katalog Naskah-naskah Perpustakaan Pura Pakualaman memuat dua naskah tentang jamu yakni naskah Primbon (Pr.10) dan naskah Buku Jampi (Ll.5). Kemudian, di dalam Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna dijumpai berjenis resep jamu yang dibagi ke dalam empat kategori 1) primbon jalu usada (aneka jamu sehat lelaki), 2) primbon wanita usada (kumpulan jamu sehat perempuan), 3) primbon triguna usada (jejamu untuk berbagai kebutuhan), dan 4) primbon rarya usada (jamu-jamu khusus untuk anak-anak). Disebutkan pula berbagai sinonim jamu seperti tamba, sarana, srana, jamu srana atau banyu omben-omben.

Selain pada naskah kuno dan primbon, jejak jamu ditemukan di dalam buku Aduhai terbitan tahun 1981. Di dalam buku setebal empat ratus satu halaman tersebut, berkumpul resep obat-obat tradisional, disarikan dari tips yang pernah dimuat di rubrik Aduhai majalah Kartini dan kiriman pembaca. Kontributornya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti resep jamu pelancar ASI berasal dari kontributor di Ponorogo-Jawa Timur, jamu batuk-pilek kiriman kontributor di Pemangkat-Kalbar, resep menyembuhkan batu ginjal didapat dari kontributor di Ujungpandang-Sulsel, penyembuh diare dari kontributor di Solo-Jawa Tengah, resep jamu sakit kuning dari kontributor di Banjarmasin-Kalsel, dan untuk mengatasi sesak napas datang resep dari seorang yang tinggal di Bandung-Jawa Barat. Membuktikan betapa ramuan tradisional masih berpengaruh di era 80’an.

Tiga puluh tiga tahun kemudian, tepatnya 8 Juni 2014, Kompas menyorot aksi njamu warga Jakarta. Di Pasar Mayestik, bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, orang-orang rela antre pagi-pagi demi bisa meneguk jamu. Itulah dominasi jamu dalam ranah publik yang mengaku modern, tetapi masih dekat dengan alam dan tradisi nenek moyang.

Tradisi Minum Jamu di Masyarakat
Seorang Bapak Minum Jamu di Pasar (Kanan). Tanteku Minum Jamu Paitan (Kiri)
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Bagi saya dan keluarga, jamu bukan hal yang asing. Masing-masing anggota keluarga saya memiliki pengalaman minum jamu, meski tidak saban hari. Dari kecil saya sudah terbiasa melihat eyang putri ngunjuk (minum) jamu. Eyang putri yang bernama Eyang Sukarlinah punya kebiasaan minum jamu peras atau jamu cair siap minum. Jamu peras pilihannya adalah cabe puyang untuk mengatasi pegal linu, sementara jamu cair siap minumnya adalah paitan yang berwarna hitam dan semelak (campuran buah pace dan kunir asem). Hobi njamu pun ditularkan kepada sahabatnya, Eyang putri Suparti. Sepulang dari gereja, kedua eyang yang lama hidup bertetangga tersebut sesekali menyempatkan diri membeli jamu di pasar tradisional.
Foto Eyang Putri Sukarlinah: dari Perempuan Inilah, Saya Mengenal Jamu
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Manfaat jamu tampaknya baik bagi kesehatan Eyang putri Sukarlinah. Hingga usia senja, beliau masih aktif ke gereja dengan berjalan kaki atau naik becak dan mengikuti kegiatan organisasi kampung. Dan meski penglihatannya sedikit demi sedikit berkurang, beliau masih mampu lho membaca koran dan atau majalah berbahasa Jawa yang dibelinya secara eceran. Ingatannya masih cemerlang, terutama bila ditanya mengenai peristiwa sejarah yang pernah dialaminya semasa perang kemerdekaan, tentang pewayangan atau bahasa Belanda yang dikuasainya dengan baik. Untuk eyang seusianya, kualitas kesehatan beliau di atas rata-rata sehingga jarang sakit.

Sepeninggal eyang putri, tradisi njamu tetap berjalan dan menurun pada anak dan cucu. Tanteku misalnya, tiap kali tenggorokan mulai bermasalah, langsung memetik daun sirih beberapa lembar. Lembaran daun sirih yang diambil dari kebun sendiri itu pun dibersihkan dan direbus, lalu air rebusannya diminum. Kalau beli jamu, beliau memilih paitan. Menurut informasi dari Mbok jamu yang saya temui di pasar tempo hari, jamu paitan terbuat dari kumpulan jamu godhogan: sambiloto, temulawak, kapulaga, dan brotowali.

Rebusan Daun Sirih Sebagai Obat Sakit Tenggorokan (Radang)
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Setali tiga uang dengan kakaknya, putri bungsu eyang yang tinggal di Lampung tiap kali mudik pasti menyempatkan diri untuk menikmati jamu. Ibuku pun tak mau kalah dengan kedua saudara perempuannya. Beliau suka membeli jamu beras kencur atau kunir asem botolan. Dan bila keringat anak kesayangannya mulai menebarkan aroma kurang sedap, beliau membuat jamu berbahan dasar beluntas yang lagi-lagi diambil dari kebun sendiri. Beluntas tersebut berkhasiat difoterik (peluruh keringat). Saya sendiri lebih suka minum jamu beras kencur, kunir asem, atau galian putri. Kunir asem dan galian putri-nya dalam bentuk perasan, tentu saja. Lebih kental tetapi juga lebih segar.
Galian Putri, Jamu Kesukaanku, dan Tambanya Wedang Secang.
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Belum lama ini, Ruri, adik bungsu saya, mengeluh badannya pegal-pegal. Usut punya usut, dia tengah menstruasi. Badannya terasa pegal ditambah sakit perut. Sepulang dari kampus, dia langsung tiduran di kasur di depan televisi. Tugas-tugas kampus dikerjakan sembari berbaring lantaran badannya kurang sehat. Saya pun membelikannya jamu kunir asem perasan yang dijajakan oleh ibu penjual jamu keliling. Tujuannya supaya melancarkan haid, mengurangi sakit perut, dan tidak bau. Benar saja, dua kali minum jamu kunir asem perasan, sakit perut berkurang dan haid lancar. Kegiatan perkuliahan pun tidak terganggu.

Jamu-jamu yang Menjadi Pilihan Saya dan Keluarga.
Jamu Paitan yang Diminum Tante (Kanan Atas), Paket Jamu Kunir Asem Buat Ruri (Kanan-Tengah),
Foto: Dokumen Pribadi Penulis


Bila Anda tinggal atau tengah berada di kawasan Kota Yogyakarta, sangatlah mudah menemukan penjual jamu tradisional. Para penjual jamu yang umumnya perempuan itu menjajakan dagangannya secara menetap di suatu tempat yang ramai, seperti pasar tradisional, atau berkeliling menggunakan kereta angin yang telah diset untuk jualan jamu. Waktu berjualannya pun bervariasi, mulai pagi hingga malam. Jamu yang dijual bisa berupa jamu perasan atau jamu siap minum dalam kemasan botol. Saya masih menjumpai penjual jamu yang memanfaatkan tenggok (bakul kecil) sebagai wadah kumpulan botol jamunya. Keberadaan tenggok menjadikan penjual jamu jadi irit tempat, tidak perlu memakai meja.

Penjual Jamu Tengah Meracik Jamu Perasan
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Penjual Jamu Cair Siap Minum. Lihat, Ada yang Masih Pakai Tenggok!
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Beberapa tempat yang bisa didatangi untuk menikmati jamu segar adalah Pasar Kranggan, Pasar Beringharjo atau sekitar perempatan Galeria Mall-Jalan Urip Sumoharjo. Harga jamu siap minum dijual antara Rp2.000-Rp3.000, jamu peras dipatok mulai Rp4.000-Rp5.000 (harga paket untuk sepasang jamu terdiri atas jamu utama dan tamba (jamu atau semacam minuman pendamping sebagai pengurang pahit jamu utama)), dan jamu siap minum dalam kemasan botol, yang bisa dibawa pulang, berharga Rp5.000-Rp8.000. Khusus bagi Anda yang ingin menikmati jamu peras, dibutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menunggu jamu pesanan selesai diracik hingga siap minum. Dibanding penjual jamu siap minum, peranti dagang penjual jamu perasan terbilang lebih komplet. Dan bila menghendaki membeli bahan baku jamu, baik untuk konsumsi sendiri atau akan dijadikan oleh-oleh, Anda bisa menuju sentra jamu Pasar Beringharjo yang menyediakan aneka bahan baku jamu yang lengkap.
Sentra Jamu di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.
Sempatkan Berkunjung, Ya!
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Berkat kebaikan alam, manusia masih dapat menikmati beragam ramuan tradisional. Ketika alarm tubuh mulai nyaring terdengar, alam bersigera mengisyaratkan agar berlekas diri menemukan obatnya. Tidak perlu jauh-jauh, tamba itu berada di sekitar kita. Bisa jadi malah tumbuh di kebun belakang rumah.

Persembahan dari Alam

Look deep into nature, and then you will understand everything better.”
Albert Einstein
Beruntungnya hidup di tempat yang luar biasa seperti bumi Indonesia. Sang Pencipta menempatkan Indonesia pada posisi yang begitu terencana: negara tropis yang murah cahaya matahari, mudah memperoleh bahan pangan (sayur mayur, buah-buahan), gampang ditumbuhi berbagai jenis rempah-rempah, pun berbagai jenis tanaman bisa dimanfaatkan sebagai obat mulai dari buah, batang, daun, hingga akar.

Rumah dan lingkungan sekitar merupakan tempat terdekat mendeteksi kemurahan alam raya. Keluarga saya, contohnya, memanfaatkan sisa lahan di belakang rumah untuk menanam daun sirih, luntas, binahong, jambu air, rambutan, sirsak, lidah buaya, dan daun pandan. Hampir semua dipelihara sejak masih bayi. Tanaman tersebut tak ubahnya anggota keluarga yang menjadi bagian dari rumah yang telah berdiri berpuluh tahun ini. Saya pun menyampaikan kepada ibu saya, seandainya suatu saat nanti kami pindah rumah, tanaman-tanaman tersebut harus turut serta.

Tanaman Multiguna. Bisa Ditanam di Lingkungan Rumah
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Persembahan dari Alam
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Selain di kebun sendiri, saya dengan mudahnya menemukan tanaman multiguna di sekitar lingkungan kampung tempat tinggal saya. Tumbuhan multiguna yang ada di kampung saya merupakan milik tetangga atau milik umum. Dalam keterbatasan lahan, warga berusaha menanam tanaman multiguna menggunakan pot atau ditancapkan pada secuplik tanah yang tersisa. Belimbing wuluh, kemangi, pace, insulin, dan sirih hitam merupakan segelintir tanaman bermanfaat yang telah berperan besar bagi kehidupan warga di kampung yang berada di tepi Kali Code ini. Si pace (Morinda citrifolia) yang tumbuh di antara rentetan rumah penduduk misalnya berkhasiat sebagai ramuan antihipertensi; menyembuhkan sakit kuning, demam, influenza, batuk, sakit perut, menghilangkan sisik pada kaki, dan anti diabetes.

Ini Punya Tetangga. Lahan Terbatas Tidak Menghalangi Niat Menanan Tanaman Obat
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Preferensi mengonsumsi jamu tradisional bukannya tanpa alasan. Pengobatan tradisional dijadikan opsi sebab harga yang ditawarkan relatif murah sesuai daya beli masyarakat, adanya kepercayaan bahwa jamu lebih aman dikonsumsi dibanding obat-obat kimia, bahan baku jamu mudah ditemukan di lingkungan sekitar, formulasi bahan kimia pada jamu tidak sekeras obat-obatan kimia, memiliki tingkat bahaya lebih rendah ketimbang obat-obatan kimia. Selain itu, tubuh manusia lebih mudah “menerima” obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Namun, biarpun bersifat alami dan minim kontra indikasi, tetap saja ada rambu-rambu yang harus dipatuhi dalam mengonsumsi jamu. Berikut yang harus diperhatikan.

1. Minum jamu hanya ketika tubuh Anda benar-benar membutuhkan. Konsumsi sesuai kebutuhan, keluhan, dan jangan terlalu sering apalagi berlebihan.

2. Bagaimana tubuh Anda bereaksi terhadap jamu? Apakah kemudian merasa mual? Pusing? Timbul gangguan maag? Bila dampak negatif itu terjadi pada Anda, segera hentikan konsumsi jamu Anda.
3. No oplosan!
    Biarkan oplosan jadi lagu dangdut penghibur saja. Jangan dibawa pada kehidupan sehari-hari. Sangat berbahaya mencampur jamu dengan obat atau jamu lainnya.
4. Amankah bagi perempuan hamil?
5. Adakah efek samping yang ditimbulkan?
6. Jangan meramu jamu tanpa memiliki bekal memadai agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat buruk bagi organ tubuh.
7. Tetap berpikir rasional. Jangan tinggalkan obat apotek.
8. Bagi penderita penyakit tertentu, ada baiknya konsultasi dengan dokter terlebih dahulu, apakah Anda diizinkan mengonsumsi jamu atau tidak?

9. Jangan segan bertanya kepada penjual tentang komposisi jamu. Bila timbul keraguan, sebaiknya urungkan niat Anda.
10. Tetap menjalankan gaya hidup sehat.

Upaya Melestarikan Jamu

Perjalanan jamu melintas ruang generasi ke generasi begitu luar biasa. Di tengah gempuran pengobatan modern, jamu masih mampu menampilkan eksistensi diri. Berkat budaya njamu yang masih kuat, menjadikan jamu tak lekang oleh zaman. Para generasi muda pun beruntung bisa mencicipi jamu warisan nenek moyang. Sungguhlah pantas bila Kemendikbud berupaya mengajukan jamu kepada UNESCO agar dinobatkan sebagai Intangible Cultural Heritage. Pengakuan dari lembaga internasional atas jamu bisa menyumbang kekuatan yang menjadikan pijakan jamu kian mantap dan kuat.

Agar jamu tetap lestari, mentradisi, diakui secara global, dukungan penuh seluruh elemen harus dilakukan. Upaya apa saja yang bisa dilakukan?
1. Tanamkan dalam diri bahwa jamu merupakan bagian integral kebudayaan bangsa Indonesia.
2. Jaga higienitas jamu.
Isu kebersihan masih menjadi hal yang patut diperhatikan. Pengawasan terhadap kebersihan bahan baku pembuatan jamu, kualitas air yang dipakai untuk memasak, peranti olah, peranti saji (botol yang dipakai untuk jualan, gelas atau batok yang digunakan saat pembeli minum di tempat (bagaimana mencucinya?)), kebersihan tempat berjualan, termasuk kebersihan penjual ketika meracik jamu penting dilakukan, supaya konsumen percaya dengan mutu jamu.
3. Jaga dan kawal hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai jamu yang dikonsumsi.

4. Mengadakan kuliah umum, seminar, workshop, simposium, pelatihan tentang jamu.
    a. Sasaran: akademisi, praktisi, petani jamu, penjual jamu tradisional, pelaku industri jamu, pemerintah,  cendekiawan, dan budayawan.
    b. Materi: tradisi jamu di Nusantara, khasiat jamu, keamanan jamu, pengemasan jamu, penyimpanan di toko atau gudang, pencantuman tanggal kedaluwarsa (jamu instan, cair kemasan, kering), komposisi, dosis, dan penyajian sesuai konsumsi konsumen: keluhan, tingkat usia, berat badan, kontra indikasi.

5. One day with jamu.
    a. Bentuk: farm trip ke kebun jamu, kunjungan industri, sehari bersama Mbok jamu, permainan bertemakan jamu, praktik membuat beberapa jenis jamu
    b. Sasaran: pelajar, mahasiswa, masyarakat umum
    c. Materi: pengenalan jamu, jenis-jenis bahan pembuat jamu (misal: empon-empon, temu-temu-an), mengenal bentuk fisik tanaman jamu

Mencintai Berawal dari Mengenali. Lestari Berawal dari Peduli
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
6. Budi daya tanaman jamu melalui gerakan urban farming.
    a. Sasaran dan pelaksana: masyarakat umum
    b. Contoh kegiatan: Pusat Studi Biofarmaka IPB Bogor mengadakan program urban farming di kampung Suka Tanam bekerja sama dengan organisasi pemuda, pelajar, mahasiswa melalui program KKN universitas, kelompok tani, dan ibu-ibu PKK.
    c. Jenis kegiatan:
      - Re-aktifasi TOGA
      - Penanaman tanaman jamu di lingkungan rumah tangga atau kampung. Ditanam langsung ke tanah (bagi yang punya lahan tidur cukup luas), pakai media pot/botol bekas/polybag, sistem tumpangsari, atau sistem pertanian vertikultur (untuk lahan terbatas) dengan menggunakan pipa paralon air.
     - Pembagian bibit tanaman obat yang cukup langka (susah diperoleh)
     - Sharing pengetahuan seputar teknik budi daya sederhana tanaman obat meliputi karakteristik tanaman, penanaman, perawatan, panen, pascapanen (manfaat dan nilai ekonomi), penanaman kembali, dll. Misalnya, bangle tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian di bawah 1.300 m dari permukaan laut sementara jahe mampu hidup di dataran rendah-ketinggian 1.750 m dari permukaan laut, tetapi tumbuh optimal pada ketinggian 200-600 m dari permukaan laut.

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah Tangga untuk Menanan Tanaman Obat Keluarga (Kiri)
Pot-pot yang Tidak Terpakai Dapat Difungsikan Sebagai Media Tanam (Tengah)
Penyiraman Tanaman yang Tepat Agar Tumbuh Optimal (Kanan)
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
Sistem Pertanian Vertikultur, Solusi Menanam di Lahan Terbatas
Foto: Dokumen Pribadi Penulis
7. Mengikuti pameran atau expo tingkat nasional atau internasional.
8. Jalin kerja sama dengan penerbit dan media cetak (koran, tabloid, majalah) untuk menampilkan karya tulis berisi info-info terkini seputar jamu untuk mengedukasi masyarakat, sebagai referensi perkuliahan, bahan ajar, sekaligus mendekatkan jamu kepada masyarakat.

9. Dukung penuh penelitian jamu.
    a. Aktifkan kegiatan penelitian jamu. Tumbuhkan minat kepada dan tingkatkan kecintaan para akademisi atau peneliti untuk mengeksploitasi potensi tumbuhan obat, terutama yang tersebar di kawasan tropis.
    b. Laboratorium yang terakreditasi dan bersertifikat ISO/IEC 17025:2008 dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk pengujian jamu. Pembuktian ilmiah dilakukan untuk mengeliminasi risiko jamu. Laboratorium Biofarmaka IPB bisa dimanfaatkan bagi kepentingan pemecahan masalah yang dihadapi jamu.
   c. Penyediaan lahan penelitian, laboratorium alam yang lengkap, memadai, dan terpadu.
   d. Kerjasama dengan berbagai lembaga riset, universitas di dalam dan luar negeri, ahli jamu, petani, dan pelaku industri jamu.
   e. Menyediakan beasiswa untuk updating dan upgrading ilmu tentang jamu.
10. Jalin kerja sama dengan bidang ilmu lain seperti Sastra Jawa atau Sastra Nusantara.
Resep-resep jamu banyak terdapat di dalam manuskrip seperti pada naskah kuno koleksi Pura Pakualaman. Naskah Primbon (Pr.10) berbentuk prosa, berbahasa Jawa dan Arab, serta beraksara Arab dan Pegon. Sedangkan naskah Buku Jampi (Ll.5) berbentuk prosa, berbahasa dan beraksara Jawa. Adapun Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna masih berbahasa Jawa. Sungguh disayangkan bila harta berharga tersebut dibiarkan terpendam sekian lama. Keterlibatan para ahli Sastra Jawa atau Sastra Nusantara diperlukan untuk membantu proses transkripsi, transliterasi, bahkan keduanya. Diharapkan banyak informasi yang akan diperoleh untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan serta pemanfaatan di masa yang akan datang.

11. Pemanfaatan teknologi:
      a. Mengembangkan teknologi aplikatif untuk pembuatan alat penyimpanan dan pengolahan jamu yang memenuhi standar baku mutu produk yang mengacu pada standar internasional keamanan pangan (ISO 22000) atau standar mutu jamu.
      b. Membuat website atau blog yang berisi informasi lengkap seputar jamu, bentuk jamu, tanaman jamu, khasiat jamu, budi daya, sampai pusat-pusat jamu di Indonesia. Lengkapi dengan forum interaktif agar terjadi transfer ilmu dan informasi dari berbagai kalangan.
     c. Pemanfaatan media sosial sebagai sarana pengenalan jamu, terutama menyasar generasi muda. Tampilkan foto-foto jamu yang menarik dan bisa diunduh jika suatu saat dibutuhkan untuk referensi penyusunan karya ilmiah. Sesekali diadakan kuis berhadiah merchandise jamu. Dengan begitu, generasi muda paham dengan kekayaan tradisi bangsa Indonesia kemudian terbit rasa peduli.

12. Mengadakan berbagai kompetisi: lomba karya tulis, karya ilmiah, majalah dinding, blog, dan meracik jamu untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan, pengenalan, dan kedekatan masyarakat terhadap jamu.
13. Payung hukum bagi jamu. Beri tindakan tegas kepada pemalsu jamu atau penjual jamu yang terbukti merugikan jamu dan konsumen.
14. Kalangan medis menghargai keberadaan jamu sebagai bagian dari karya dan karsa bangsa Indonesia.
15. Posisikan jamu sederajat-semanfaat dengan obat-obat farmasi.

Pusat Studi Biofarmaka, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor diharapkan mampu berperan sebagai pelopor, penggerak, dan pendukung upaya pelestarian jamu melalui kegiatan konservasi, budi daya, kajian sumber hayati, penelitian, dan pelayanan publik (konsultasi, pengujian, pelatihan). Dies natalis Pusat Studi Biofarmaka (PSB LPPM-IPB) ke-16 dapat dijadikan sebagai momentum peneguhan diri menjadi bagian dari pelestari jamu Nusantara, bersinergi dengan para pemangku kepentingan lainnya. Jangan sampai akibat minimnya pengetahuan dan kurang optimalnya pemanfaatan, tanaman yang semestinya bermanfaat sebagai jamu malah dianggap tanaman liar seperti yang dialami oleh pace dan temu glenyeh.

Sudah saatnya jamu bersetara dengan obat modern. Mari lestarikan jamu Nusantara. 

Bersama kita yakinkan UNESCO bahwa jamu layak diangkat sebagai Intangible Cultural Heritage!

Referensi

Buku cetak
Karmaputra (ed). 1981. Aduhai III-Cuplikan Pengetahuan & Pengalaman Sehari-hari.  Cetakan pertama. Jakarta Pusat: PT Variasi Jaya-Kartini Group


Muhlisah, Fauziah Ir. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon: Budi Daya dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius


Prawiroatmodjo, S. 1995. Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta: PT Toko Gunung Agung


Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka


Saktimulya, Sri Ratna (peny). 2005. Katalog Naskah-naskah Perpustakaan Pura Pakualaman. Edisi pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-The Toyota Foundation


Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya. 2005. Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna (Sambetanipun Betaljemur). Cap-capan kaping 9. Praja Dalem Ngayugyakarta Hadiningrat: “SOEMODIDJOJO MAHA DEWA”-CV Buana Raya


Yuliarti, Nurheti. 2008. Tips Cerdas Mengonsumsi Jamu. Yogyakarta: Banyu Media


Internet
Beluntas. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/592-herbal-plants-collection beluntas. Diakses 9 September 2014 ~ 21:47


Mengkudu. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/606-herbal-plants-collection-mengkudu. Diakses 9 September 2014 ~ 19:53.


Pusat Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. http://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2014/Flyer%20Pusat%20Studi%20Biofarmaka.pdf
Diakses 9 September 2014~20:36


Suprana, Jaya. Jamu Sebagai Warisan Kebudayaan Dunia (dalam Kompas, 29 Maret 2013). http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-info/501-info-jamu-as-world-cultural-heritage-2013?tmpl=component&print=1&layout=default&page=. Diakses 9 September 2014~21:23

Media cetak
Adnan, Ita. Pancaran Kesegaran. Taktik Cantik. Nova. Tabloid. 1385/XXVII~8-14 September 2014


Damayanti, Laili. Yuk, Membuat Masker Sendiri. Tips. Nova. Tabloid. 1385/XXVII~8-14 September 2014


DR. Rahasia Alam. Kilas. Nota Kecantikan. Femina. Majalah. No. 31/XLII~9-15 Agustus 2014


Kompas/Priyombodo. Antre Minum Jamu di Pasar Mayestik. Foto Pekan Ini. Kompas. Koran. Minggu, 8 Juni 2014


Monika, Mira. Back to Nature. Cuci Mata. Femina. Majalah. No.17/XLII~26 April-2 Mei 2014


Nova. Tabloid. 1384/XXVII~1-7 September 2014


Sulistyanto, Wisnu. Ramuan Cantik Alami. Taktik Cantik. Nova. Tabloid. 1385/XXVII~8-14 September 2014

Screenshot

Screenshot Fanpage Pusat Studi Biofarmaka
Screenshot FB Biofarmaka IPB
Screenshot Twitter @BiofarmakaIPB
Artikel ini diikutsertakan Lomba Penulisan Artikel Jamu dalam Rangka Dies Natalis PSB IPB ke-16




23 komentar:

  1. wah komplit sekali, bahkan sudah mencoba bikin jamu sendiri, sukses melestarikan jamu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sesuai pengalaman saja. :)

      Iya, soalnya bahan-bahannya mudah didapat. Apalagi untuk daun sirih dan beluntas, tinggal petik di kebun belakang rumah. Kalau pengin buat jamu pace atau mengkudu, tinggal ambil nggak jauh dari rumah. (Fotonya ada di ilustrasi)

      Masih ada keinginan nambah koleksi tanaman obat, biar kalau butuh sewaktu-waktu tinggal ambil heheheh. Upaya pelestarian jamu dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat kita, bukan?

      Terima kasih sudah berkunjung. :)

      Hapus
    2. SAYA MAS ANTO DARI JAWAH TENGAH.
      DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
      HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI BODAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI BODAS DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....

      …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI BODAS…

      **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
      1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
      2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
      3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
      4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

      …=>AKI BODAS<=…
      >>>085-320-279-333<<<






      SAYA MAS ANTO DARI JAWAH TENGAH.
      DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
      HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI BODAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI BODAS DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....

      …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI BODAS…

      **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
      1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
      2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
      3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
      4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

      …=>AKI BODAS<=…
      >>>085-320-279-333<<<

      Hapus
  2. bener2 komplit bahasanya renyah lagi, tanaman obatnya banyak ya, saya juga ada tapi yang standar2 aja, lagi mau memperbanyak jahe sama sirih merah ni, sukses ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. "bahasanya renyah" ~> Kayak kerupuk ya? :D

      Koleksinya belum banyak Mbak Evrina. Yang ada di kebun baru sirih, luntas, binahong, lidah buaya, sama pandan. Kalau pohon-pohonannya baru punya sirsak, jambu, air, sama rambutan. Dulu, pernah punya pepaya, pisang, sama mangga. Satu per satu udah pada dipensiun. Nggak kebayang, kan, kebun cilik segitu isinya macam-macam. :)

      Mengkudu sama belimbing wuluh itu milik sejuta umat. Ditanam di lingkungan kampung. Siapa saja boleh petik. Mengkudunya tumbuh subur lho, buahnya sampai jatuh-jatuh nggak ada yang ngambilin. Keinjek orang sampai benyek. Kalau ada warga yang peduli, buah mengkudu yang jatuh diambil terus ditaruh di depan rumah orang, biar nggak keinjek. Makanya di bagian akhir artikel saya tulis, "Jangan sampai akibat minimnya pengetahuan dan kurang optimalnya pemanfaatan, tanaman yang semestinya bermanfaat sebagai jamu malah dianggap tanaman liar seperti yang dialami oleh pace dan temu glenyeh."

      Iya, saya sama keluarga juga ada niat nambah. Mau memanfaatkan pot-pot plastik sama paralon vertikultur yang nganggur. Tante saya sudah nyicil beli media tanam siap pakai (tanah + pupuk). Kalau saya, sih, pengin tanam insulin, cabe, sama sirih hitam (penampakan insulin & sirih hitam ada di dalam foto ilustrasi). Tinggal minta "anakan"nya sama tetangga, tanam, dirawat, jadi deh! :D

      Terima kasih sudah berkunjung. Sukses selalu ya!

      Hapus
  3. Bener banget ya mba, untuk masalah kebersihan jamu peras itu. Semoga usaha mendekatkan diri pada jamu yg kita lakukan dibarengi juga dengan perlindungan kesehatan kita sebagai konsumen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau beli jamu, mau peras atau yang tinggal minum, tetap saja liat-liat bakulnya. Kemproh (jorok) apa nggak? Itu yang kelihatan lho. Bagaimana dengan yang tidak tertangkap mata kita ya? 'Kan nggak mungkin, mau beli segelas jamu peresan, pakai acara mengikuti prosesnya dari awal, demi memastikan produk terjamin kebersihannya atau tidak.

      Pembeli cuma bisa ngontrol ya pas mau beli. Paling kalau penjualnya mulai njorok, ya, diingatkan saja. Misalnya, habis terima duit, langsung mau melayani pembeli. Ya kita ingatkan supaya cuci tangan dulu. Atau kalau misalnya nggak yakin dengan kebersihan gelas atau batoknya, ya, lebih baik jamunya dibungkus dan diminum di rumah saja. Bisa juga belinya bawa gelas sendiri.

      Memang, nggak semua penjual jamu orangnya jorok. Saya menjumpai tukang jamu perasan yang resikan. Setiap kali jualan (gelar lapak di salah satu sudut pasar), dia selalu ada asisten yang bertugas dalam hal keluar-masuknya uang. Si penjual cuma ngurusi jamu tok. Jadi tangannya bersih.

      Ada lagi, seorang tukang jamu keliling yang menyatakan bahwa jamu bikinannya diolah pakai air matang sehingga dijamin awet. Saya tahunya pas mau belikan jamu buat adik tapi urung, soalnya anaknya masih ada kegiatan di kampus dan pulangnya agak malam. Khawatir basi.Trus ibu jamunya bilang kalau jamunya dari air mateng, so, awet-awet aja, biarpun nggak langsung diminum. :)

      Betul, sepakat! Pada intinya, semua pihak harus sama-sama bergerak, sama-sama ngerti, dan saling kerja sama agar membawa kebaikan bagi jamu. Kebaikan bagi jamu, ya, kebaikan bagi kita semua. :)

      Terima kasih sudah berkunjung Mak Uniek.

      Hapus
  4. good luck ya mak lombanya.. btw icon sosmed melayangnya apa tdk mengganggu pemandangan mak? hihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mbak Susan.
      Oya? Waduh. Kalau boleh tahu, Mbak Susan ngakses pakai PC atau lappy? Kebetulan saya pakai lappy dan icon socmednya anteng di pinggiran tuh. Memang, sih, kemarin sempat buka pakai PC, dan yaa... seperti Mbak bilang, iconnya dolan-dolan sampai ke tengah. Kondisinya berbeda kali ya, pas dibuka di lappy sama PC. Baiklah, nanti diset ulang. Terima kasih masukannya.

      Betewe, punya pengalaman minum jamu-kah? Kalau ada, boleh lho ya, dishare.

      Hapus
  5. tapi ayahku sering minum jamu. jamunya iteeeem buwaangetts. dari warnanya dah ktauan rasanya, dah pasti paiiiittttt deh. baunya aja "nyegrok".
    ga pengen nyoba dehh..
    ga tau itu jamu apa. katanya seh biar ga gampang sakitt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Omi... perempuan itu harus doyan jamu. Itu kata nenekku.
      Dalam fase-fase kehidupan seorang perempuan bakalan membutuhkan jamu. Pas menstruasi, biar lancar dan nggak pakai sakit perut, aku suka minum kunir asem. Tapi yang peresan. Trus kalau keringat mulai bau, aku suka minum jamu luntas. Untuk perawatan dari dalam, sesekali aku minum galian putri.

      Belajar dari ayahmu. Mungkin yang diminum beliau itu paitan ya. Heheh, kalau paitan, aku juga nggak suka. :p

      Makasih udah main ke sini.

      Hapus
  6. Saya tambahkan lagi, ya Omi, atas jawaban perempuan itu harus doyan jamu.

    Mengapa perempuan harus doyan jamu?
    Ada fase-fase kehidupan perempuan, yang menjadikannya mau nggak mau disarankan mengonsumsi jamu. Misalnya saat menstruasi, supaya perutnya tidak sakit dan haid lancar, orang tua menganjurkan minum kunir asem. Kemudian, sehabis melahirkan, perempuan dianjurkan minum jamu uyub-uyub/wejah biar ASInya banyak dan bagi si baby, ASI ibunya terasa segar. Belum lagi kalau perempuan pengin tampil wangi, keringatnya nggak bau, maka dia dianjurkan minum jamu luntas. Pengin cantik alami? Ada jamu lain untuk perawatan tubuh luar dalam. Mau menikah pun, pasti orang tua kasih saran, "Mbok minum jamu."

    Nenek moyang kita itu saking sayangnya sama keturunannya membuatnya sudah menyiapkan aneka rupa jamu, biar anak-cucu keturunannya sehat wal afiat, cantik luar-dalam, dan kebutuhan kesehatannya terpenuhi melalui bahan-bahan alami.

    Disebutkan di dalam manuskrip "Buku Jampi" koleksi Perpustakaan Pura Pakualaman, bahwa terdapat beberapa jenis jampi (jamu) yakni ramuan untuk bayi, racikan jamu penambah kekuatan daya tahan tubuh, obat hangat yang diberkahi oleh Sultan Agung, serta jamu dengan berkah dari Sunan Kudus (Saktimulya, 2005:241). Dari keterangan tersebut, diperoleh informasi bahwa nenek moyang memiliki berbagai resep jamu untuk berbagai kebutuhan dan ditujukan bagi segala usia. Pun, dinyatakan bahwa jamu sampai dimintakan berkah agar berkhasiat, manjur, mandi. Peminumnya seger, waras, diberi kesembuhan, serta kesehatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna menyebut secara jelas peruntukan jamu untuk perempuan. Sebelumnya telah disebutkan di bagian artikel

      [...] di dalam Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna dijumpai berjenis resep jamu yang dibagi ke dalam empat kategori 1) primbon jalu usada (aneka jamu sehat lelaki), 2) primbon wanita usada (kumpulan jamu sehat perempuan), 3) primbon triguna usada (jejamu untuk berbagai kebutuhan), dan 4) primbon rarya usada (jamu-jamu khusus untuk anak-anak).

      Nah, pada bagian primbon wanita usada, tersebutlah berbagai jenis jamu khusus perempuan. Disertakan pula resep dan aturan mengonsumsi. Berikut contoh-contohnya:
      1. jamu untuk payudara
      2. jamu habis melahirkan
      3. jamu untuk payudara ibu yang habis menyapih bayinya
      4. jamu pelancar ASI
      5. jamu pipisan
      6. jamu mengembalikan stamina sehabis melahirkan (supaya kuat)
      7. jamu pengantin
      8. jamu untuk perempuan yang belum memiliki anak
      9. jamu untuk pengantin baru

      Banyak kan? Itulah sebabnya nenekku pernah mengatakan kalau jadi perempuan harus doyan jamu. Tujuannya tentu saja demi kebaikan. Di luar primbon tersebut, bisa jadi masih terdapat aneka resep jejamuan. Tersimpan di dalam manuskrip Nusantara maupun di dalam ingatan para tetua.

      Sebagai bentuk upaya pelestarian jamu, hendaknya resep-resep jamu tersebut
      1. Diangkat ke permukaan
      2. Menjalani proses penelitian,
      3. Budi daya tanaman yang mulai langka
      4. Seminar
      5. Publikasi ilmiah: jurnal, paper, dsb
      6. Pengenalan ke semua pihak yang berhubungan dengan jamu, termasuk masyarakat

      Siapa tahu jamu yang dihasilkan memang mujarab dan bisa dijadikan alternatif pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. :)

      Hapus
  7. Waaaa info tentang jamu jadi bertambah Ratri :)
    Hmmm kalau ditanya pengalaman tentang minum jamu, aku termasuk yang jarang mengkonsumsi jamu. Dulu zaman-zaman SMP-SMA sempat rajin minum jamu beras kencur atau kunir asem, secara ada mbak-mbak jamu langganan yang rajin nyamperin :D tapi untuk sekarang-sekarang ini frekuensinya berkurang. Biasanya kalau lewat seputaran Jalan Sudirman, di deket toko buku Gramedia itu ada bapak-bapak yang jualan jamu gerobak dorong gitu, nah disanalah biasanya minum jamu beras kencur atau gula asem. Segeerrrrr :D
    Sukses Ratri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tujuanku menulis selain ikutan lomba ya sekalian bagi-bagi info soal jamu, biar jamu makin terkenal dan minum jamu jadi tradisi yang kece badai hahahaha

      Aku juga ada ibu tukang jamu yang jualan keliling naik sepeda. Biasanya sih antara jam 20:45-21.00 gitu sampainya di sekitar rumahku. Tuh ada fotonya (lihat foto: Penjual Jamu Tengah Meracik Jamu Perasan-sebelah kiri) ibu penjual jamunya pas lagi racik-racik jamu pesananku. Dia jual jamu peras sama jamu cair. Melayani pemesanan juga. Sedangkan yang biasa beredar pagi, lebih ke jamu cair siap minum. Sama, ibunya juga jualan pakai sepeda. Kalau di Yogya, mah, gampang ya cari penjual jamu tradisional. Di pasar-pasar ada, yang buka lapak di pinggir jalan juga ada. Tinggal pilih yang racikannya pas sesuai selera. :)

      Oh, iya, bapaknya awet banget jualan di situ. Dari pagi bareng sama toko bukunya buka, dia juga ikutan buka heheh. Kelarisan kalau pas jam istirahat. Biasanya karyawan-karyawan yang kerja sekitar situ pas makan siang trus minumnya jamu si bapak. Aku juga pernah beli. Habis dari Perpustakaan Kota, jalan kaki, kok tiba-tiba haus liat jualannya si bapak. Trus mampir, deh! Aku pernah dikasih tahu sama temanku yang iseng-iseng nanyain rumah si bapak (entah apa maksudnya) tapi lupa tepatnya di mana. Dan aku punya fotonya lho... Bisa ditampilkan di komen ini gak ya?

      Kapan-kapan njamu yukkk :)

      Makasih sudah mampir Lala.

      Hapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku wiwit cilik wis ngombe jamu tekan saiki, malahan aku nggawedhewe jamu semelak. Biyen aku tuku saben dina nang sekolahku SR.LEMPUYANGAN WANGI NGAYOGYOKARTA, uga nang kampungku Tukangan, sing dodolan jenenge Mbok JONAWI. Ayo padha nglestarekke JAMU. Yen para kadang sedulur kepingin ngincipi Jamu SEMELAK, kontak wae karo aku, lan ora mbayar.

      R.Hindar Boesono, nganggo sms wae 087873621918.

      Kesuwun.

      Hapus
  9. Waaa ternyata aku belum komen dimari yaak. Anyway aku suka jamu kunir asem. Dulu waktu SD suka banget beli jamu kunir asem trs sama embah dibikinin jamu kunir asem pake kendil gitu. Bikinan embah rasane lebih enak, lebih kentel, lebih asem. Terakhir beli di warung Jamu Ginggang daerah Pakualaman. Btw udah lama nggak minum jamu, mau dong kak dibikinin jamu kunir asem :P

    BalasHapus
  10. Numpang promosi Boss-Boss semua (boleh dihapus).
    Sedia bahan tepung jamu kunir, jahe merah, kencur, sendokan, tapak liman, ginseng (Cina), pasak bumi, laos merah, purwoceng, temu lawak, temu ireng, temu kunci, umbi teki, kulit manggis dll, harga 10 ribu – 50 ribu. Sedia tepung jamu merpati tinggi/ balap harga 100 ribu, Bisa kirim ke wilayah nusantara biaya kirim 20 – 100 ribu (Pulau Jawa – Luar Pulau).
    Hubungi 087738096581/ 5a3557ae Pundong Bantul Yogyakarta.

    BalasHapus
  11. good news I'm always waiting for the latest blog posts. I created

    the blog because I was inspired by this blog. This is my blog obat diabetes alami


    salam Girilaya Real Groups

    BalasHapus
  12. Mbak dimana ya persisnya saya bisa mendapatkan sirih hitam? Kali code yang mananya? Terimakasih

    BalasHapus
  13. Numpang promosi Boss-Boss semua (boleh dihapus).

    Sedia bahan tepung jamu kunir, jahe merah, kencur, sendokan, tapak liman, ginseng (Korea), pasak bumi, laos merah, purwoceng, temu lawak, temu ireng, temu kunci, umbi teki, kulit manggis dll, harga 14 ribu - 50 ribu per ons.

    Sedia tepung jamu merpati kolong (campuran 11 rempah), jamu merpati sprint balap (campuran 14 rempah), harga 75 ribu (nego) nyampai alamat.

    Ada Juga jamu yang sudah jadi 200 butir harga 50 ribu yampai alamat.

    Hubungi 087738096581/ 5a3557ae Alamat: Candi Pundong Bantul Yogyakarta.

    BalasHapus