Minggu, 22 Februari 2015

Ally-All These Lives: Dari Sudut Pandang Seorang First Chapters Commentator

Cover Ally-All These Lives
Gambar: Dokumen Arleen A.

Arleen menulis novel dewasa?

Saya pikir sosok Arleen adalah penulis cerita anak. Satu judul karyanya, Amazing Stories to Read and Read and Read, jadi koleksi pribadi saya. Selain buku tersebut, masih terdapat judul-judul lain dengan nama Arleen sebagai penulisnya, contohnya, Aku Pemimpin Hebat! (Stories of Leadership for Kids) (BIP), Kodi Si Kodok yang Suka Menyanyi (Tiga Ananda), Kumpulan Dongeng Futuristik (Futuristic Tales Collection) (BIP), Kumpulan Dongeng Binatang (Animal Tales Collection) (BIP), Pilih Sendiri Petualanganmu (PT Gramedia Pustaka Utama). Bukti otentik lainnya silahkan dilihat di akun Facebook-nya.


Barangkali ada Arleen yang lain? Ah, jangan-jangan salah orang... nama, kan, bisa saja sama...

Ternyata Arleen penulis cerita anak dengan Arleen sang peramu novel Ally-All These Lives adalah sosok yang sama! Di samping menulis cerita anak-anak, Arleen juga menulis untuk segmentasi usia pembaca di atas usia anak-anak. Berdasar penelusuran pada akun Goodreadsnya, terdapat  novel yang judulnya mirip dengan Ally-All These Lives, yakni All These Love-Petak Umpet dengan Cinta (Bhuana Sastra). Covernya "ramai", manis, "penuh", ceria, layaknya cover buku untuk anak-anak pada umumnya. Namun, tunggu dulu, meski bercover bak buku anak-anak, di dalamnya berbilang soal roller coaster cinta dan kalimat berikut.
God sent a fev wrong people first so that you know when the right person comes along. (Blurp All These Love-Petak Umpet dengan Cinta)
Nah lo! Sungguh disangsikan kalimat tersebut berasal dari buku cerita anak-anak, bukan?

Lalu, saya pun menyimpulkan: bisa dibilang, Arleen adalah seorang penulis yang memiliki kemampuan hidup berpindah di lebih dari satu alam. Ketika ia berada di alam anak-anak, Arleen penuh daya khayal fantastis. Penghayatannya akan seisi alam semesta yang indah dan kaya akan warna-warni simbol keceriaan membawanya pada kisah-kisah rekaan yang ajaib. Lain halnya ketika tengah berada di alam dewasa, Arleen tampil sebagai perempuan penulis yang mampu menciptakan kehidupan yang bersifat antitesis, berkebalikan dengan tokoh-tokoh imutnya. Dan Ally-All These Lives hadir sebagai pembuktian bahwa dia mampu melakoni dunia-dunianya secara imbang. Benar saja, setelah launching buku Ally-All These Lives tanggal 22 Januari 2015 lalu, Arleen kembali menerbitkan picture book berjudul Dreamlets. Buku bilingual setebal 204 halaman ini diterbitkan oleh BIP dan launching tanggal 26 Januari 2015. Hanya selisih empat hari saja!

Hmmm… saya jadi bertanya-tanya, jangan-jangan Arleen sesungguhnya yang berdiam di balik raga Ally? Namun, berbeda dengan tokoh Ally yang tergagap dengan perubahan demi perubahan di dalam hidupnya, Arleen sepertinya menikmati kehidupannya kreatifnya yang berpindah dari satu dunia ke dunia lainnya. Ia tak ubahnya dewi penguasa alam raya, pencipta aneka makhluk yang nasibnya bisa dimainkan sesuai jalan pikiran dan suasana hati. :)


Berkesempatan membaca tujuh belas halaman pertama yang terbagi ke dalam dua bab ini membuat saya serasa diberi pikulan mandat cukup berat. Arleen tentulah tidak berharap komentator dua bab pertamanya sekadar berkata, "Jalan ceritanya bagus, aku suka," atau "tokohnya bikin penasaran" dsb. Adalah masukan berharga yang sangat dinantinya. Tidak terbatas hingga masa akhir pengiriman (baca: posting) first chapters commentators ini, melainkan seterusnya. Sampai kapan pun. Bukan begitu?

Tanpa perlu bertele-tele, berikut masukan-masukan saya terhadap dua bab novel Ally-All These Lives dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Disajikan langsung per halaman agar memudahkan pengecekan (cross check)
2. Kutipan atau nukilan teks ditandai dengan italic (dimiringkan)
3. Penomoran yang menunjukkan halaman, paragraf, kalimat, dan dialog memakai angka
4. Singkatan "par." untuk paragraf, "kal." untuk kalimat, dan "hal." untuk halaman. Khusus untuk yang berada di dalam tanda kurung

Baiklah, tak usah lagi berpanjang lebar, mari saya tunjukkan masukan demi masukan tersebut.

Halaman 7
1. Kata "aku" di awal paragraf, bahkan masih di halaman yang sama terlihat kurang menarik (terjadi perulangan atau repetisi kata). Alternatifnya adalah dengan mengubah letak kata.
[a] Aku baru berusia sepuluh tahun ketika hal itu terjadi untuk pertama kalinya. (Par. 1, kal. 1)
[b] Aku duduk di dapur, berbicara pada Mama tentang ulangan matematika yang baru saja dibagikan. (Par. 3, kal. 1)

2. Masukan:
[a] Ketika hal itu terjadi untuk pertama kalinya, aku baru berusia sepuluh tahun. (Par. 1, kal. 1)
Saya hanya mengubah susunan kalimat pembuka paragraf pertama sehingga pembaca tidak lagi menjumpai “aku” di awal paragraf berikutnya. Selain membentuk variasi kalimat, dengan model dibalik ("ketika" diletakkan di awal kalimat), menimbulkan rasa penasaran, ada apa gerangan? Apa yang terjadi saat tokoh "aku" berusia sepuluh tahun?

3. Pemborosan atau kalimat kurang efektif

[a] Aku baru berusia sepuluh tahun ketika hal itu terjadi untuk pertama kalinya. Sepuluh tahun bukan usia yang terlalu kecil, karena anak seusia ini sudah bisa melakukan banyak hal sendiri termasuk dimintai tolong membeli ini-itu ke toko yang dekat. Namun anak seusia itu belum bisa memikirkan hal-hal yang rumit seperti pekerjaan, urusan uang, dan lainnya.  (Par. 1, kal. 1-3)

[b] Paragraf 2 tidak membentuk korelasi yang jelas antara paragraf 1 dengan paragraf 3. Menurut saya, lebih baik paragraf 2 dihilangkan. Toh, begitu paragraf 2 hilang, paragraf 1 dan paragraf 3 malah nyambung.

[c] Aku duduk di (?) dapur, berbicara pada (dengan) Mama tentang ulangan matematika yang baru saja dibagikan–seperti biasa, aku mendapatkan nilai A–Mama sedang mengeluarkan seloyang kue kering cokelat dari dalam oven (ketika) Sampai sekarang, aku masih dapat mengingat bau harum cokelat yang memenuhi udara. Tiba-tiba Sensasi menggelitik seperti kesemutan itu (tiba-tiba) muncul. Kupikir ada seekor semut berjalan di atas lengan kiriku-maka kuusap dengan tangan kananku- Namun Tidak ada semut di sana. Lalu, kulit mukaku mulai tergelitik. Kuusap keningku. Tidak ada apa-apa juga di sana. Dan secara tiba-tiba saja...  Semuanya hilang. (Par. 3, kal. 1-11)

Catatan:

Aku duduk di dapur [...]
* duduk di ?
Beri tambahan penjelasan, misal, duduk di kursi kayu di dapur, duduk di atas meja dapur dengan kaki menyilang, dsb.
 

Dan secara tiba-tiba saja... semuanya hilang
* Bisa diganti dengan kalimat yang mengandung unsur waktu, misalnya: sepersekian detik kemudian… semuanya hilang.

Halaman 8
1.  Pemborosan atau kurang efektif

[a] Mama dan seloyang kue kering dan bau harumnya (berbau harum) hilang. (Par. 1, kal. 4)
[b] Tembok dapur hilang beserta (berikut) semua rak dan juga kompornya. (Par. 1, kal. 5)
[c] Bahkan Tidak ada apa-apa yang kurasakan di bawah kakiku seolah seluruh bumi memang hilang begitu saja. (Par. 1, kal. 7)
[d] Mungkin hanya beberapa detik, atau mungkin beberapa menit, tapi aku tidak yakin. (Par. 1, kal. 11)
[e] Lalu Aku mulai melihat warna-warna. (Par. 2, kal. 1)
[f] Aku dapat merasakan kursi tempat aku duduk dan juga meja dapur tempat akumeletakkan tanganku. (Par. 2, kal. 6)
[g] Dan Di sana, di kursi, duduk seorang anak lelaki kecil. Kira-kira usianya lima tahun. (Par. 2, kal. 14-15)

Catatan:
Dan Di sana, di kursi (?), duduk seorang anak lelaki kecil. Kira-kira usianya lima tahun.
(Par. 2, kal. 14-15)

* Tambahkan dengan keterangan kursi apa, misalnya kursi makan yang terbuat dari kayu atau kursi dapur plastik berbentuk oval atau kursi rotan, dsb. Lengkapi pula dengan keterangan letak.

2. Konsistensi
[a] Aku terperangkap dalam sebuah ketidakberadaan. (Par. 1, kal. 9)
Ketidakberadaan atau ketidakberadaan? Cek juga di halaman 15.

3. Masukan
[a] Aku berteriak. (,) T(t)api aku sendiri tidak dapat mendengar suara teriakanku. (Par. 1, kal. 13-14)

* masih satu rangkaian kalimat, tidak dipisah.

Halaman 9 

Lanjutan paragraf 2, halaman 8
1. Pemborosan atau kurang efektif
[a] Senyumnya lebar dan terlihat seolah ia memang sudah terbiasa (melakukannya) tersenyum seperti itu padaku seumur hidupnya. (Par. 2, kal. 18)

Ganti paragraf baru, halaman 9
[b] Aku memandang Mama. lalu (ganti) aku memandang anak lelaki yang kata Mama adalah adikku itu. Adik? (Par. 1, kal. 1-2)
[c] Aku tidak dapat meraih teko air di depanku walaupun teko itu terletak hanya beberapa senti dari tanganku. (Par. 1, kal. 3)
[d] Mama memandangku dengan heran seolah aku baru saja bertanya apakah akan ada seekor katak yang akan melompat keluar dari dalam panci yang sedang (tengah) diaduknya. (Par. 2, kal. 1)

2. Susun ulang biar terasa pas atau jadi kalimat yang runtut (nyambung dengan kalimat sebelumnya).
[a] Aku tidak dapat meraih teko air di depanku walaupun teko itu terletak hanya beberapa senti dari tanganku. Aku berkedip. Apakah ini mimpi? Alih-alih meraih teko air, aku (malah) mengangkat tanganku untuk menyentuh rambut merah berantakan di atas kepala si anak lelaki itu. Aku berkedip. Apakah ini mimpi? Sesaat aku berpikir mungkin tanganku akan memegang udara seolah anak ini hanyalah sebuah bayangan hologram. (Par. 1, kal. 3-7)

[b] ”Dia..(.) dia siapa dia?” tanyaku pada Mama. (Dialog 2)


Halaman 10
1. Pemborosan atau kurang efektif
[a] Aku membantu menempel kertas dindingnya, aku membantu membuat keputusan atas letak perabotannya.(,) Aku juga membantu dan memilih kain seprainya. (Par. 1, kal. 9-10)

Halaman 11
1. Pemborosan atau kurang efektif
[a] Setelahnya,  (Lagi-lagi) ia juga tetap tidak punya jawaban. Dan Setelah (menemui) beberapa psikiater, (dan) dokter saraf, (serta menjalani serangkaian) tes-tes lainnya yang semuanya tanpa hasil, orangtuaku akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mengirimku ke mana-mana karena itu hanyalah pemborosan uang. (Par. 1, kal. 3-4)

Catatan:
* Mohon diberi penjelasan, siapa yang dimaksud dengan “ia”. (Par. 1, kal. 3)
* Saya menyarankan agar setelah […] dijadikan alinea baru. (Par. 2, kal. 11)

Halaman 12
1. Pemborosan atau kurang efektif
[a] Tetapi intinya, Adikku nyata. Maka dan tak ada lagi yang bisa kulakukan selain melanjutkan hidupku. (Par. 1, kal. 1-2)
[b] Ia (Albert) sangat terlihat dan sangat nyata. Dan Kami pun tumbuh bersama. (Par. 1, kal. 12-13)


Halaman 13
1. Masukan:
Kami masih tetap tinggal di rumah orangtuaku di daerah Mountain View. (Par. 1, kal. 4)

* Beri penjelasan secara detail tentang Mountain View, misal, bentuk (desa atau kota kecil di kaki gunung), letak geografis, jumlah penduduk (banyak atau sedikit), transportasi menuju tempat tersebut, ada apa di sana, dsb. Informasi yang bersifat deskriptif untuk membentuk imajinasi pembaca.

Rumah itu punya tiga kamar tidur dan kebun di belakangnya. (Par. 1, kal. 5)

* Bisa diberi tambahan penjelasan bentuk arsitektur rumahnya, apakah bergaya country atau American atau style lainnya.

Kami masih tetap tinggal di rumah orangtuaku di daerah Mountain View. (Par. 1, kal. 4)

* Masuk alinea baru, sebab yang dibicarakan sudah berbeda.

Namun tetap saja, walaupun warna favoritnya sudah berubah, dirinya masih tetap seribut biasanya dan senyumnya tetap selebar biasanya. (Par. 2, kal. 1)

* Menurut saya, kalimat ini masih jadi bagian paragraph sebelumnya. Alinea baru berikutnya dimulai dari kata hampir […] (Par. 2, kal. 2)

2. Pemborosan atau kurang efektif
[a] Kira-kira satu jam setelah aku pulang, ia baru akan tiba di rumah. (Par. 2, kal. 5)

Halaman 14
1. Pemborosan atau kurang efektif
[a] Tiba-tiba sensasi menggelitik bagai kesemutan itu mulai lagi. (Paragraf 1, kal. 9)
[b] Tetap saja, adanya perasaan bahwa aku Meski sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya(,) tidak (berarti) memberikuan ketenangan bagiku. (,) malahan aku semakin ketakutan. (Paragraf 2, kal. 5)

2. Masukan
* Terlalu banyak “sedang”. Bisa divariasikan dengan pemakaian sinonim dari kata “sedang”, seperti “lagi”, “tengah”, "baru".
Contoh:
[a] Sore itu aku sedang duduk di ruang keluarga dengan laptop di pangkuanku. (Para. 1, kal. 1)
[b] Aku sedang mengerjakan tugas kelas sastra. (Par. 1, kal. 2)
[c] Mama sedang berada di ruang cucian. (Par. 1, kal. 7)

* Ganti alinea mulai dari
Tiba-tiba sensasi menggelitik bagai kesemutan itu mulai lagi. […] (Par. 1, kal. 9)

* Tambahkan:
[a] Lebih takut daripada (ketika) pertama kali hal itu terjadi. (Par. 2, kal. 7 )

* Pertanyaan:
[a] Aku panik. Putus asa. (Par. 2, kal. 8-9)

Putus asa atau pasrah? Mohon penjelasan untuk penggunaan kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi psikis tokoh Ally.

3. Susun ulang biar terasa pas atau jadi kalimat runtut (selaras dengan kalimat sebelumnya).
[a] AKuperhatikan lenganku, (lalu) kusentuh wajahku untuk melihat apakah ada semut-semut di sana. Tidak ada.  Aku tak dapat lagi merasakan berat laptop di pangkuanku(,) karena laptop itu menghilang. Sofa tempatku duduk juga hilang. Televisinya hilang. Dinding rumahku hilang–beserta semua foto keluarga yang tergantung di sana– Dan Secepat itu, semuanya hilang. Aku pun tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. (Par. 1, kal. 10-17)

Halaman 15
1. Konsistensi penulisan, apakah pakai abjad kapital atau tidak?
[a] Aku terperangkap dalam sebuah ketidakberadaan. (Hal. 8, par. 1, kal. 9) dengan Maka aku hanya bisa memejamkan mata dan berharap Ketidakberadaan ini akan cepat berakhir. (Hal. 15, par. 1 (lanjutan par. di hal. 14), kal. 22)

Halaman 16
1. Pemborosan atau kurang efektif
[a] Dengan Perlahan ia berbalik untuk memandangku. (Par. 2, kal. 2)
[b] ”Benar, Ma. Jika tidak percaya, nanti tanya saja pada Albert setelah dia pulang,” tambahku. [...] (Dialog 4)
[c] ”Tentu saja aku baik. Apakah aku kelihatan tidak baik?” aku balik bertanya sambil menatap Mama (dengan) heran. (Dialog 6)

2. Masukan:
Masuk alinea baru sebelum kalimat dialog. Jadinya seperti ini

Mama berjalan ke arahku dengan perlahan dan duduk di sampingku. ”Apakah kau baik-baik saja, Sayang?” tanyanya. (Dialog 4-5)
 

Halaman 17
1. Pemborosan atau kurang efektif
[a] Setelahnya (Sementara) Papa membawa Mama ke kamar untuk menenangkannya diri. (,) aku masih duduk di ruang keluarga. (Par. 2, kal. 5-6)
[b] (Se)harusnya Albert sudah pulang. (Se)harusnya ia sudah masuk dari pintu itu. (Par. 2, kal. 9-10)

Demikian masukan-masukan saya untuk tujuh belas halaman pertama novel Ally-All These Lives. Tentunya saya tidak ingin berhenti pada masukan dan masukan semata. Saya ingin mengimbanginya dengan kesan-kesan yang didapat setelah membaca kisah Ally yang konon dilanda kebingungan dengan hidupnya sendiri yang begitu gampang berubah (Penggunaan kata "konon" karena belum membaca novelnya secara utuh). 

Ally-All These Lives berkisah tentang Ally yang mengalami peristiwa aneh di dalam hidupnya. Peristiwa yang menjadi penggerak jalan cerita. Pertama kali Ally mengalaminya ketika dia berusia sepuluh tahun. Masih sangat belia. Dia seperti tengah berada di dunia yang sama sekali berbeda sehingga merasa kaget dan asing dengan segala hal yang ada di hadapannya (Bab Satu). Untuk kedua kalinya, berselang tujuh tahun kemudian, kejadian serupa kembali dialami. Rasanya seperti deja vu. Yang ada menjadi tiada, sedangkan yang semula tiada menjadi ada (Bab Dua). Ada apa ini? Apa yang sesungguhnya terjadi? Ally tak mengerti. Jikalau dia tahu, paham dengan situasi tersebut, tentunya dia tidak akan menjadi penyebab duka tertoreh ke dalam sanubari orang tuanya (hal. 16-17).  

Saya memandang, kreatifitas dan imajinasi ibu sepasang putra-putri ini sungguh luar biasa. Patut diacungi dua jempol. Sebuah idiom mengatakan bahwa there isn't new under the sun, tapi dengan ide-ide yang berseliweran di dalam benaknya, maka "ramuan" Arleen menjadikan karya ini sebagai suatu napas baru di dalam dunia pernovelan Indonesia. 

Ide cerita Ally berasal dari buku berjudul House of Leaves, buah karya dari seorang penulis Amerika bernama Mark Z. Danielewski. Dari catatan Arleen diketahui bahwa House of Leaves menginspirasinya menulis Ally-All These Lives.

Ally-All These Lives begitu kentara dengan style luar negeri. Baru membaca halaman pertamanya (di dalam naskah tertulis hal. 7) saja serasa tidak sedang berada di bumi Indonesia. Hingga Bab Satu dan Bab Dua usai dilahap, saya makin mantap menyimpulkan bahwa novel yang ditulis di tahun kesepuluh Arleen berkarya ini memang bercitarasa luar negeri. Amerika dipilih sebagai kiblat penulisan Ally-All These Lives. Buktinya terdapat pada atribut-atribut yang melekat pada

1. Setting waktu
Matahari bersinar indah pada Jumat siang itu dan angin di musim
semi itu tahu diri untuk berembus dengan santai saja karena musim
gugur masih jauh.
(
Hal. 7, par. 2)
2. Sup tomat dan makaroni
Sup telah menjadi bagian dari menu internasional. Di Indonesia, sup dengan mudahnya menyusup ke berbagai situasi. Mudah saja menjumpai sup tersaji di tingkat rumah tangga hingga hotel berbintang, di dalam situasi santai penuh kekeluargaan hingga formal. Menu sup telah mengudara bahkan mendunia: sup Belgia, sup Kamboja, sup Tiongkok, sup Filipina, sup Rusia, sup Maroko, dan sup Korea. Ringkasnya, sup merupakan old-fashioned menu.

Sup tomat dan makaroni menjadi pilihan Arleen untuk ditampilkan di dalam novel. Di dalam cerita, a great old-fashioned soup recipe ini tidak disampaikan secara detail bahan-bahannya maupun langkah demi langkah pengolahannya. Keterlibatan sup tomat dan makaroni yang segar dan lezat bila tersaji hangat hanya sebagai "tempelan", mengikuti aktifitas tokoh Mama. 

Saya memasukkan sup tomat dan makaroni sebagai bagian dari cita rasa luar negeri novel, karena bila membaca secara keseluruhan, akan terlihat culture atau habit atau kebiasaan yang berlaku di keluarga yang tidak tinggal di Indonesia.

3. Tokoh
Dan di sana, di kursi, duduk seorang anak lelaki kecil. Kirakira
usianya lima tahun. Rambutnya yang merah berantakan membingkai wajahnya yang bulat.
(
Hal. 8-9, par. 2)
Pemilik rambut merah dan wajah bulat itu tak lain adalah Albert, adik Ally, salah satu objek ketiadaan yang dialami oleh Ally. Bila novel Ally-All These Lives kental dengan nuansa dalam negeri (baca: Indonesia), tentulah diragukan bila bocah seusia Albert, dalam kondisi normal, digambarkan berambut merah.

4. Setting lokasi
Disebutkan bahwa
Kami masih tetap tinggal di rumah orangtuaku di daerah
Mountain View.
(Hal. 13, par. 1)
Menyebut "Mountain View" yang langsung terpikir di benak saya adalah sebuah desa kecil yang terletak di lereng gunung: berhawa sejuk, lingkungannya bersih, pemandangannya menakjubkan, suasananya tenang-cocok untuk menyepi, penduduknya sedikit sehingga saling kenal satu sama lain, dan rumah-rumah bergaya country atau American.

Setting Mountain View mendistract ingatan saya akan film yang dirilis sekitar Februari tahun 1997 silam (pas sewindu ya!). Adakah yang ingat? Itu lho, film thriller mengenai gunung berapi yang dibintangi oleh Pierce Brosnan dan Linda Hamilton.

Menilik tujuh belas halaman pertama, saya berpikir, apakah Ally-All These Lives merupakan novel bergenre thriller? Apalagi blurp dan trailer-nya seakan turut mengiyakan (Lihat di bawah ini). Namun, sebaliknya, penulisnya sendiri memproklamirkan bahwa Ally-All These Lives adalah novel yang berisi cerita romantis. Yang benar saja. Di mana letak romance-nya? Pada bab berapa? Bagaimana membangun connectivity antara kisah cinta itu dengan ketidakberadaan?

 
Video Trailer Ally-All These Lives
Pinjam dari Sini


Lha, kok, bisa? Lebih baik baca saja seluruh halaman novelnya hingga tandas, barulah pertanyaan yang bikin dahi berkerut ini bisa terjawab. Tidak sekadar mengandalkan halaman-halaman pertama yang melahirkan berjuta tanda tanya.

Ah, saya jadi terdorong untuk mengadopsi satu eksemplar demi melacak lalu menemukan percintaan manusia di antara misteri kehidupan, demi mengurai kusutnya benang pertanyaan di otak saya.

Penasaran seperti saya? Beli saja novelnya. Sudah tersedia di sini.
 
Blurp Ally-All These Lives
Gambar: Pinjam dari Sini

Referensi  (Tambahan Materi Tulisan)
Femina. Majalah. No. 05/XLIII. 31 Januari-6 Februari 2015
https://www.facebook.com/arleensbooks/photos/pb.1537316843158636.-2207520000.1423552134./1603383659885287/?type=3&src=https%3A%2F%2Fscontent-b-sin.xx.fbcdn.net%2Fhphotos-xfp1%2Fv%2Ft1.0-9%2F10929561_1603383659885287_7039274474325989900_n.jpg%3Foh%3
D7539cfe21356690777eb82ab52faf7c7%26oe%3D5595959C&size=771%2C772&fbid=1603383659885287.
13 Februari 2015. 7:58 PM

https://www.goodreads.com/book/show/24800.House_of_Leaves?ac=1. 13 Februari 2015. 7:55 PM
https://www.goodreads.com/author/show/13974.Mark_Z_Danielewski. 13 Februari 2015. 7:54 PM
http://www.sajiansedap.com/recipe/detail/3903/sup-tomat-makaroni#.VNjKO46x1NM. 9 Februari 2015. 10: 06 PM
http://www.food.com/recipe/tomato-macaroni-soup-336491. 9 Februari 2015. 9:51 PM
http://id.wikipedia.org/wiki/Dante’s_Peak. 9 Februari 2015. 9:03 PM
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/12/29/loves-and-lives-hanya-beda-satu-huruf-699356.html. 19 Januari 2015. 1:03 PM
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2015/01/08/gugupnya-tuh-di-sini--701037.html. 19 Januari 2015. 1:12 PM

2 komentar:

  1. saya lebih suka marina yang varian baru :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Nindi,
      untuk komentar mengenai Marina, kamu bisa komen di http://aksaratri.blogspot.com/2015/02/marina-body-essence-bye-bye-gelap.html.

      Saya tunggu komentar kamu di kolom komentar artikel tersebut ya. Terima kasih sudah berkunjung. :)

      Hapus