Kamis, 09 Juli 2015

Bapak & Buku Diskon

To the point aja, ya! Ada yang suka nonton sitkom Preman Pensiun? Sekarang, Preman Pensiun sudah memasuki musim tayang kedua, sehingga kalau di televisi judulnya jadi Preman Pensiun 2. Berdasar informasi yang didapat dari akun Twitter @dodisanjaya, rencananya Preman Pensiun digarap sampai musim tayang kedua dulu. 

Saya nggak nonton dari awal-awal banget (Preman Pensiun musim pertama) ketika keluarga Kang Bahar masih full team. Baru di episode-episode pertengahan, saya rutin nonton tayangan bersetting lokasi di Bandung ini, kecuali ada sesatu hal yang bikin saya harus absen. :p

Ketika musim tayang pertama selesai, saya sempat kecewa karena sudah terlanjur suka. Berharap, sih, ada terusannya, biar bisa nonton aksi kocaknya Kang Komar yang gahar tapi takut sama Bebeb, duo Murad-Pipit atau kelompok copet yang punya visi meramaikan khazanah percopetan di kota Bandung.  Tapi apa mau dikata, Preman Pensiun mandeg untuk sementara waktu.

Ternyata, eh, ternyata, harapan saya terkabul. Preman Pensiun digarap lagi! Saya lupa kapan Preman Pensiun 2 mulai tayang. Pastinya saya seneng. Nggak sabar pengin nonton Preman Pensiun. Nonton lakonnya sekalian nostalgia sama Kota Bandung. Gara-gara Preman Pensiun pula saya pengin makan cilok. Untungnya di Yogyakarta ada yang jualan. Entah rasanya sama atau tidak, yang penting cilok aja wkwkwkw...

Di antara sekian banyak episode yang telah tayang, adalah episode 41 yang bikin saya ingat sama bapak saya. Dulu, bapak saya pernah mengajak saya beli buku Harry Potter di lapak buku langganannya di seberang SMP 8 Yogyakarta. Saya nggak tahu nama asli penjualnya, tapi, beliau akrab disapa Pak Haji. Buku jualannya lumayan komplet, mulai dari buku agama sampai buku bacaan umum.

Bila buku yang dicari tidak ada, Pak Haji akan mencarikan di lapak sebelah-sebelahnya. Sama seperti Teh Kinanti, saya pun dapat diskon berkat bawa bapak saya. Sedikit beda, Teh Kinanti bawa nama bapaknya, sedangkan saya bawa orangnya. Makanya, adegan Teh Kinanti beli buku di Palasari, di lapak buku langganan ayahnya, dan dapat diskon, bikin saya teringat akan kenangan berharga saya bersama bapak.

Preman Pensiun 2 nggak cuma memberi hiburan dan bahan candaan, tapi juga mengembalikan remah kenangan yang sempat terlepas. Remah kenangan yang keciiilll, tapi ingin selalu saya pegang dan ikat sepanjang hayat. []

4 komentar:

  1. jadi teringat kenangan manis bersama bapak ya mba...aku juga baru-baru sekarang nontonnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kok bisa pas gitu, ya?

      Dulu, saya suka dibonceng motor sama bapak buat beli buku. Kalau nggak di seberang SMP 8, ya, di Shopping Center (sekarang area Taman Pintar). Kalau belinya di seberang SMP 8, bapak seringnya turun dari motor. Tapi kalau di Taman Pintar lain lagi.

      Di Taman Pintar, habis parkir motor, bapak nggak ikutan muter. Beliau duduk-duduk di sekitar parkiran sambil ngrokok, sementara sayanya yang keliling nyari buku sampai nawar sekalian. Kalau udah deal, barulah menghampiri bapak, minta duit, terus balik lagi ke si penjual buat nebus bukunya. :D

      Satu kejadian, waktu itu saya udah kuliah. Minta dibeliin buku lawas gara-gara kepincut bukunya kakak angkatan. Mau pinjam lama-lama nggak enak, soalnya masih dipakai kuliah. Jadilah saya minta dibeliin di Taman Pintar (pas saya kuliah, Shopping Center udah berubah jadi kompleks Taman Pintar).

      Kebiasaannya sama seperti komen sebelumnya. Yang bikin nggak habis pikir, sekembalinya saya dari bayar buku, ternyata bapak udah nongkrong di sebelah embah penjual nangka kupas. Makan nangka! Nggak cukup nyicip di tempat, bapak pun beli nangka kupas untuk dibawa pulang. :D :D :D

      Hapus
  2. Saya sebenarnya suka preman pensiun. Sayang, sering terlewat karena sibuk..Sibuk momong anak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahahaha, iya ya, kalau udah momong krucil jadinya suka melewatkan sesuatu yg ibunya suka. Tapi, akhir-akhir ini, model tayang Preman Pensiun-nya 50-50. 50% rerun episode sebelumnya dan 50% tayangan baru. Tayangan barunya, sepengamatan saya, dimulai setelah jeda azan magrib, kultum, dan iklan-iklan (iklannya banyak banget!). Denger-denger, sih, model 50-50 seperti itu karena kru sama pemainnya menjalankan pola syuting yang sehat, hanya sampai jam 5 sore aja. :)

      Hapus